Usai Makan Buah Khuldi Nabi Adam Membaca Istighfar, Berikut Bacaanya
Arahberita.co.id — Istighfar merupakan salah satu cara seorang muslim dalam memohon ampunan kepada sang pencipta Allah SWT.
Dimana doa istighfar telah diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai penegasan akan pentingnya memohon ampunan setelah melakukan kesalahan.
Dilansir dari berbagai sumber, kisah istighfar Nabi Adam AS yang terabadikan dalam Al-Qur’an menjadi landasan yang menggambarkan betapa pentingnya memohon ampunan atas kesalahan yang dilakukan.
Dikisahkan dalam surat Al A’raf ayat 23, Nabi Adam AS bersama Hawa melanggar larangan Allah SWT dengan memakan buah khuldi di surga.
Dalam penyesalan yang mendalam, Nabi Adam segera memohon ampunan kepada Allah SWT.
Istighfar Nabi Adam juga dipandang sebagai bentuk penyesalan yang membawa kelapangan dan ketenangan hati setelah melakukan perbuatan yang menimbulkan penyesalan.
Dalam buku *Istighfar* karya Ibnu Taimiyah, istighfar diartikan sebagai permohonan ampunan yang membawa pembebasan dari dosa.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menekankan pentingnya istighfar, bahkan Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk melakukan istighfar secara berulang-ulang.
Bahkan, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk membaca istighfar, sebagaimana tertulis dalam surat An Nisa ayat 106.
وَٱسْتَغْفِرِ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا
Arab latin: Wastagfirillāh, innallāha kāna gafụrar raḥīmā
Artinya: “Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”
Selain itu, dalam surat Al Muzzammil ayat 20, para mukmin juga diperintahkan untuk mengerjakan istighfar.
Bacaan Istighfar Nabi Adam
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Arab latin: Robbana dholamna Anfusana wa inlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakunanna minal khosirin
Artinya: “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi,”
Tafsir Kementerian Agama menjelaskan bahwa doa ini dilakukan dengan penuh penyesalan, sebagai jawaban atas teguran Allah SWT terhadap perbuatan Nabi Adam AS dan Hawa.
Mereka menyadari kesalahannya setelah mendengarkan godaan Iblis untuk melanggar larangan Allah.