HEADLINE

Gus Baha Ungkap Doa Mohon Rezeki Tingkat Tinggi Dari Rasulullah, Kenapa Banyak Yang Tidak Suka?

Arahberita.co.id– Ulama asal kota Garam, Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha membocorkan doa mustajab yang fungsinya dapat menarik rezeki tingkat tinggi.

Menurut santri kinasih KH Maemoen Zubair atau Mbah Moen, meskipun doa ini kaitannya dengan rezeki, namun tak ada hubungannya dengan uang atau harta benda.

Sejatinya, rezeki yang diperoleh sebab memanjatkan doa ini jauh lebih berharga dan lebih tinggi dari nilainya uang dan harta benda. Meski demikian, rupanya tak banyak orang yang suka dengan memanjatkan doa seperti ini.

“Kalau kamu ingin meniru doa yang mustajab itu ya doa ini. Tapi kamu tidak begitu suka dengan doa ini karena tidak ada kaitannya dengan uang,” papar Gus Baha, yang juga merupakan Rais Syuriah PBNU, dikutip dari tayangan YouTube Short @Pati_Unus, Kamis (23/05/2024).

Adapun doa yang dimaksud ialah rezeki berupa ketenangan jiwa, jiwa yang selalu beriman dan jiwa yng selalu ridlo dengan ketetapan-ketetapan Allah SWT.

“Berikan kami rezeki jiwa yang tenang, jiwa yang selalu iman dan siap bertemu Engkau. Dan jiwa yang ridlo dengan ketetapan-Mu, ketetapan apa saja saya ridlo,” terang Gus Baha

“Jiwa yang menerima apapun pemberian-Mu, ini kalau mau meniru Rasulullah SAW,” sambungnya.

Doa rezki jiwa yang tenang memang bagi kebanyakan orang kerap disandarkan kepada banyaknya uang, istri cantik dan beberapa kemegahan dunia. Menurut Gus Baha anggapan ini tentu saja keliru.

“Kalau kamu kan tidak, jiwa tenang itu kalau memiliki istri yang cantik, banyak uang, pokoknya jadi bos lah, tidak ada saingannya, pokoknya tidak karu-karuan, “ paparnya.

Kemudia beliau membacakan lafal doa yang dimaksud yakni “Allahumma inni asaluka nafsan muthmainnatan, tu’minu biliqaaiqa, wa tardlo biqadlaika, wataqna’u bi athoika.”

Menukil NU Online, berikut ini beberapa lafal doa agar memiliki hati yang tenang.

Doa untuk ketenangan hati yang sedang galau dan risau

أعُوذُ بِكَلِماتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّياطِينِ وأنْ يَحْضُرُونِ‏
A‘ūdzu bi kalimātillāhit tāmmāti min ghadhabihī, wa ‘iqābihī, wa syarri ‘ibādihī, wa min hamazātis syayāthīni wa an yahdhurūn.

Artinya, “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, keburukan hamba-Nya, gangguan setan, dan setan yang hadir.”

Doa untuk ketenangan hati dan pikiran ketika sedang dirundung masalah

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَائُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ القُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي وَنُوْرَ صَدْرِي وَجِلَاءَ غَمِّي وَذَهَابَ حُزْنِي وَهَمِّي
Allāhumma innī ‘abduka, wabnu ‘abdika, wabnu amatika. Nāshiyatī bi yadika mādhin fiyya hukmuka, ‘adlun fiyya qadhā’uka. As’aluka bi kulli ismin huwa laka sammayta bihī nafsaka, wa anzaltahū fī kitābika, aw ‘allamtahū ahadan min khalqika, awista’tsarta bihī fī ilmil ghaybi ‘indaka, an taj’alal qur’āna rabī‘a qalbī, wa nūra shadrī, wa jilā’a ghammī, wa dzahāba huznī wa hammī.

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku hamba-Mu, putra hamba-Mu (laki-laki), putra hamba-Mu (perempuan). Nasibku di tangan-Mu, berlaku padaku ketentuan-Mu, adil padaku putusan-Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama-Mu yang Kau sebut untuk diri-Mu, (nama) yang Kau turunkan dalam kitab-Mu, (nama) yang Kau ajarkan pada segelintir hamba-Mu, atau (nama) yang hanya Kau sendiri yang mengetahuinya dalam pengetahuan ghaib agar Kau menjadikan Al-Qur’an sebagai musim semi (di) hatiku, cahaya batinku, pelenyap kebingunganku, dan penghilang kesedihan serta kebimbanganku.”

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button